Tokoh-Tokoh Pahlawan Yang Ada Pada Mata Uang Kertas Rupiah

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang sangat tertua di Aceh kita ini, kali ini saya akan mengurai suatu  informasi penting mengenai Tokoh-Tokoh Pahlawan Yang Ada Pada Mata Uang Kertas Rupiah.

Dalam kehidupan sehari-hari ini, kita semua tidak bisa naif dan pasti sangat membutuhkan uang, baik itu anak-anak, orang dewasa dan bahkan sampai yang tua, bahkan di era zaman globlalisasi ini apapun dengan uang, dan juga bisa di katakan bahwa uang adalah sebagai alat pembayaran yang sah yang di gunakan oleh manusia dalam kebutuhan sehari-hari untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Nah, pada Artikel ini saya akan mengupas tintas tentang Tokoh-Tokoh Pahlawan Yang Ada Pada Mata Uang Kertas Rupiah, mungkin informasi ini menarik untuk kita simak.

Selanjutnya pada uang juga mempunyai gambar sosok tokoh-tokoh yang mungkin belum semuanya kita kenal. Sebelum saya jelaskan lebih mendetail, mari kita lihat dulu nama-nama sosok " Tokoh Pahlawan Yang Ada Pada Mata Uang Kertas Rupiah ". 

Berikut ini adalah nama Tokoh-Tokoh Pahlawan Yang Ada Pada Mata Uang Kertas Rupiah :

1.
PATTIMURA











2.
PANGERAN ANTASARI










3.
IMAM BONJOL










4.
SULTAN MAHMUD BADDARUDIN II











5.
Oto Iskandar di Nata 











6.
 Kolonel TNI Anumerta I Gusti Ngurah Rai











7.
Dr. HC Ir. Soekarno dan Dr. Drs. H. Mohammad Hatta 

















1. UANG SERIBU RUPIAH ( PATTIMURA )

Pattimura lahir di Hualoy, Seram Selatan, Maluku, 8 Juni 1783 dan meninggal di Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 pada umur 34 tahun, beliau juga dikenal dengan nama Kapitan Pattimura ialah pahlawan dari Ambon dan juga merupakan Pahlawan nasional Indonesia.

Saat itu pertempuran-pertempuran yang sangat hebat melawan angkatan perang Belanda di darat dan di laut dikomandoi oleh Kapitan Pattimura yang juga dibantu oleh para pasukan penglimanya antara lain Melchior Kesaulya, Anthoni Rebhok, Philip Latumahina dan juga Ulupaha. 
Pertempuran yang menghancurkan pasukan Belanda tercatat seperti perebutan benteng Belanda Duurstede, pertempuran di pantai Waisisil dan jasirah Hatawano, Ouw- Ullath, Jasirah uik adu domba, tipu muslihat dan bumi hangus oleh Belanda. Para tokoh pejuang akhirnya dapat ditangkap dan mengakhiri pengabdiannya di tiang gantungan pada tanggal 16 Desember 1817 di kota Ambon. Untuk jasa dan pengorbanannya itu, Kapitan Pattimura dikukuhkan sebagai “PAHLAWAN PERJUANGAN KEMERDEKAAN” oleh pemerintah Republik Indonesia.

2. UANG DUA RIBU RUPIAH ( PANGERAN ANTASARI )

Pangeran Antasari lahir di Kayu Tangi, Kesultanan Banjar, 1809 dan meninggal di Bayan Begok, Hindia-Belanda, 11 Oktober 1862 pada umur 53 tahun adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia.
Ia adalah Sultan Banjar. Pada 14 Maret 1862, beliau dianugrahi sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar (Sultan Banjar) dengan menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin dihadapan para kepala suku Dayak dan adipati (gubernur) penguasa wilayah Dusun Atas, Kapuas dan Kahayan yaitu Tumenggung Surapati/Tumenggung Yang Pati Jaya Raja.

Perang Banjar pecah saat Pangeran Antasari dengan 300 prajuritnya menyerang tambang batu bara milik Belanda di Pengaron tanggal 25 April 1859. Selanjutnya peperangan demi peperangan dipkomandoi Pangeran antasari di seluruh wilayah Kerajaan Banjar. Dengan dibantu para panglima dan pengikutnya yang setia, Pangeran Antasari menyerang pos-pos Belanda di Martapura, Hulu Sungai, Riam Kanan,Tanah Laut, Tabalong, sepanjang sungai Barito sampai ke Puruk Cahu.
Pertempuran yang berkecamuk makin sengit antara pasukan Khalifatul Mukminin dengan pasukan Belanda, berlangsung terus di berbagai medan. Pasukan Belanda yang ditopang oleh bala bantuan dari Batavia dan persenjataan modern, akhirnya berhasil mendesak terus pasukan Khalifah. Dan akhirnya Khalifah memindahkan pusat benteng pertahanannya di Muara Teweh.
Berkali-kali Belanda membujuk Pangeran Antasari untuk menyerah, namun beliau tetap pada pendirinnya. Ini tergambar pada suratnya yang ditujukan untuk Letnan Kolonel Gustave Verspijck di Banjarmasin tertanggal 20 Juli 1861.

Pangeran Antasari telah dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional dan Kemerdekaan oleh pemerintah Republik Indonesia berdasarkan SK No. 06/TK/1968 di Jakarta, tertanggal 27 Maret 1968. Nama Antasari diabadikan pada Korem 101/Antasari dan julukan untuk Kalimantan Selatan adalah Bumi Antasari. Selanjutnya untuk lebih mengenalkan Pangeran Antasari kepada masyarakat Indonesia dan negara-negara lain, Pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) telah mencetak dan mengabadikan nama dan gambar Pangeran Antasari dalam uang kertas nominal Rp 2.000 di bumi Indonesia tercinta.

3. UANG LIMA RIBU RUPIAH ( TUANKU IMAM BONJOL )
Tuanku Imam Bonjol, beliau ini lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatera Barat, Indonesia 1772 dan wafat dalam pengasingan dan dimakamkan di Lotak, Pineleng, Minahasa, 6 November 1864), Dia adalah salah seorang ulama dan juga pemimpin dan pejuang yang sangat dalam berperang melawan Belanda dalam peperangan yang dikenal dengan nama Perang Padri pada tahun 1803-1838. Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973 oleh pemerintah Indonesia saat itu.

4. UANG SEPULUH RIBU RUPIAH ( SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II )

Sultan Mahmud Badaruddin II, beliau lahir di Palembang, 1767, da wafat diTernate, 26 September 1852) ialah pemimpin kesultanan Palembang-Darussalam selama dua periode (1803-1813, 1818-1821), setelah masa pemerintahan ayahnya, Sultan Muhammad Bahauddin (1776-1803). Nama aslinya sebelum menjadi Sultan adalah Raden Hasan Pangeran Ratu.

Pada saat pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin, ia beberapa kali memimpin pertempuran melawan tentara Inggris dan Belanda, di antaranya yang disebut Perang Menteng. Pada tangga 14 Juli 1821, ketika Belanda berhasil menguasai Kota Palembang, Sultan Mahmud Badaruddin II dan keluarganya ditangkap dan diasingkan ke Ternate.

Sultan Mahmud Badaruddina kini diabadikan sebagai nama bandara internasional di Palembang, Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II dan Mata uang rupiah pecahan 10.000-an yang dikeluarkan oleh bank Indonesia pada tanggal 20 Oktober 2005. Penggunaan gambar SMB II di uang kertas ini sempat menjadi kasus pelanggaran hak cipta, diduga gambar tersebut digunakan tanpa izin pelukisnya, namun kemudian terungkap bahwa gambar ini telah menjadi hak milik panitia penyelenggara lomba lukis wajah SMB II.

5.UANG DUA PULUH RIBU RUPIAH ( OTO ISKANDAR )

Oto  Iskandar di Nata lahir pada 31 Maret 1897 di Bojongsoang, Kabupaten Bandung. Ayah Oto adalah keturunan bangsawan Sunda bernama Nataatmadja. Oto adalah anak ketiga dari sembilan bersaudara.

Dalam kegiatan pergarakannya di masa sebelum kemerdekaan, Oto pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Budi Utomo cabang Bandung pada periode 1921-1924, serta sebagai Wakil Ketua Budi Utomo cabang Pekalongan tahun 1924. Ketika itu, ia menjadi anggota Gemeenteraad ("Dewan Kota") Pekalongan mewakili Budi Utomo.
Oto juga aktif pada organisasi budaya Sunda bernama Paguyuban Pasundan. Ia menjadi Sekretaris Pengurus Besar tahun 1928, dan menjadi ketuanya pada periode 1929-1942. Organisasi tersebut bergerak dalam bidang pendidikan, sosial-budaya, politik, ekonomi, kepemudaan, dan pemberdayaan perempuan.
Oto Iskandar juga menjadi anggota Volksraad "Dewan Rakyat", semacam DPR yang dibentuk pada masa Hindia Belanda untuk periode 1930-1941.
Pada masa penjajahan Jepang itu,  Oto Iskandar menjadi Pemimpin surat kabar Tjahaja (1942-1945). Ia kemudian menjadi anggota BPUPKI dan PPKI yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan Jepang sebagai lembaga-lembaga yang membantu persiapan kemerdekaan Indonesia.

Setelah proklamasi kemerdekaan, Oto menjabat sebagai Menteri Negara pada kabinet yang pertama Republik Indonesia tahun 1945. Ia bertugas mempersiapkan terbentuknya BKR dari laskar-laskar rakyat yang tersebar di seluruh Indonesia. Dalam melaksanakan tugasnya, Oto diperkirakan telah menimbulkan ketidakpuasan pada salah satu laskar tersebut. Ia menjadi korban penculikan sekelompok orang yang bernama Laskar Hitam, hingga kemudian hilang dan diperkirakan terbunuh di daerah Banten.

Oto Iskandar di Nata diangkat sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 088/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973. Sebuah monumen perjuangan Bandung Utara di Lembang, Bandung bernama "Monumen Pasir Pahlawan" didirikan untuk mengabadikan perjuangannya.
Nama Oto Iskandar di Nata juga diabadikan sebagai nama jalan di beberapa kota di Indonesia.

6.UANG LIMA PULUH RIBU RUPIAH ( KOLONEL TNI ANUMERTA I GUSTI NGURAH RAI )

Kolonel TNI Anumerta I Gusti Ngurah Rai lahir di Desa Carangsari, Petang, Kabupaten Badung, Bali, Hindia Belanda, 30 Januari 1917 dan meninggal di Marga, Tabanan, Bali, Indonesia, 20 November 1946 pada umur 29 tahun adalah seorang pahlawan Indonesia dari Kabupaten Badung, Bali.
Ngurah Rai memiliki pasukan yang bernama "Ciung Wenara" melakukan pertempuran terakhir yang dikenal dengan nama Puputan Margarana. (Puputan, dalam bahasa bali, berarti "habis-habisan", sedangkan Margarana berarti "Pertempuran di Marga"; Marga adalah sebuah desa ibukota kecamatan di pelosok Kabupaten Tabanan, Bali)
Bersama 1.372 anggotanya pejuang MBO (Markas Besar Oemoem) Dewan Perjoeangan Republik Indonesia Sunda Kecil (DPRI SK) dibuatkan nisan di Kompleks Monumen de Kleine Sunda Eilanden, Candi Marga, Tabanan. Detil perjuangan I Gusti Ngurah Rai dan resimen CW dapat disimak dari beberapa buku, seperti "Bergerilya Bersama Ngurah Rai" (Denpasar: BP, 1994) kesaksian salah seorang staf MBO DPRI SK, I Gusti Bagus Meraku Tirtayasa peraih "Anugrah Jurnalistik Harkitnas 1993", buku "Orang-orang di Sekitar Pak Rai: Cerita Para Sahabat Pahlawan Nasional Brigjen TNI (anumerta) I Gusti Ngurah Rai" (Denpasar: Upada Sastra, 1995), atau buku "Puputan Margarana Tanggal 20 November 1946" yang disusun oleh Wayan Djegug A Giri (Denpasar: YKP, 1990).
Pemerintah Indonesia menganugerahkan Bintang Mahaputra dan kenaikan pangkat menjadi Brigjen TNI (anumerta). Namanya kemudian diabadikan dalam nama bandar udara di Bali, Bandara Ngurah Rai.

7.UANG SERATUS RIBU RUPIAH ( Dr. HC. Ir.SOEKARNO dan Dr. Drs. H. MUHAMMAD HATTA

Dr.(HC) Ir. Soekarno lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun) adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945–1966. Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Soekarno adalah penggali Pancasila karena ia yang pertama kali mencetuskan konsep mengenai dasar negara Indonesia itu dan ia sendiri yang menamainya Pancasila. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945.
Soekarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial, yang isinya—berdasarkan versi yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan Darat—menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi kepresidenan. Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen. Setelah pertanggungjawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada sidang umum ke empat tahun 1967, Presiden Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden pada Sidang Istimewa MPRS pada tahun yang sama dan mengangkat Soeharto sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia.

Dr. Drs. H. Mohammad Hatta 

Dr. Drs. H. Mohammad Hatta (lahir dengan nama Muhammad Athar, populer sebagai Bung Hatta lahir di Fort de Kock yang sekarang Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Hindia Belanda, 12 Agustus 1902 – meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 pada umur 77 tahun adalah pejuang, negarawan, ekonom, dan juga Wakil Presiden Indonesia yang pertama. Ia bersama Soekarno memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda sekaligus memproklamirkannya pada 17 Agustus 1945. Ia juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri dalam Kabinet Hatta I, Hatta II, dan RIS. Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956, karena berselisih dengan Presiden Soekarno. Hatta juga dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia.
Bandar udara internasional Jakarta, Bandar Udara Soekarno-Hatta, menggunakan namanya sebagai penghormatan terhadap jasa-jasanya. Selain diabadikan di Indonesia, nama Mohammad Hatta juga diabadikan di Belanda yaitu sebagai nama jalan di kawasan perumahan Zuiderpolder, Haarlem dengan nama Mohammed Hattastraat. Pada tahun 1980, ia meninggal dan dimakamkan di Tanah Kusir, Jakarta. Bung Hatta ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 23 Oktober 1986 melalui Keppres nomor 081/TK/1986.

Nah, Itulah Tokoh-Tokoh Pahlawan Yang Ada Pada Mata Uang Kertas Rupiah, Semoga bermamfaat untuk kita semua, dan dengan tokoh-tokoh pahlawan yang ada dalam Mata Uang Kertas Rupiah ini dapat menginspirasi kita semua sebagai pemuda indonesia dan semoga kelak kita bisa tergantikan dengan sosok pahlawan-pahlawan yang ada dalam mata uang kertas tersebut.

Sekian terimakasih...
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar